NASIONAL,TV10Newsgroup.com – Dalam perayaan tahun baru Islam, biasanya ada sajian Bubur merah putih. Bubur merah putih ini pun sering ditemui di banyak perayaan atau selamatan masyarakat Jawa sebagai sesaji.
Menurut sejarawan Heri Priyatmoko ketika dihubungi oleh awak media, pada Selasa (11/08/20) mengatakan bahwa “Sesaji itu sarana untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan hal-hal penangkal bala kepada Gusti Allah atau Tuhan. Jadi tidak bisa dimaknai sebagai klenik,” kata Heri Priyatmoko.
“Jadi mereka percaya pada Tuhan tapi dengan cara itu tadi, menyajikan aneka sesaji. Salah satunya bubur merah putih,” tambahnya.
Menurut Heri, bubur merah putih sudah ada sebelum masa Serat Centhini. Adanya bubur pada masa Hindu tercatat di prasasti. Heri menjelaskan bahwa adanya catatan tentang cara mengolah jenang atau bubur.
Bubur atau jenang dianggap sebagai makanan yang erat dengan kehidupan awal manusia, karena menjadi makanan pertama yang dikonsumsi manusia ketika bayi.
“Kemudian kok bisa masuk ke dalam wilayah religi dan ritual? Karena makanan itu bisa hadir bukan hanya pada kepentingan sehari-hari tapi kepentingan religi juga sama,” kata Heri.
Saat memasak bubur merah putih sebagai sesaji, sang pembuat bubur merah putih harus dalam keadaan bersih dan suci, misalnya tidak boleh dalam keadaan datang bulan.
“Ini mitosnya ya. Tapi kemudian fakta di balik itu adalah masalah kebersihan. Faktanya biar bisa fokus memasak dan kebersihannya terjaga,” jelas Heri.(@s).