PATI I Rumah adat jawa tak hanya sekadar tempat berteduh, tetapi juga simbol peradaban dan identitas budaya.
Salah satu bentuk paling agung dari rumah tradisional ini adalah joglo mataraman tumpangsari, yang kini kembali mencuri perhatian banyak kalangan, dari seniman, budayawan, hingga pegiat wisata dan arsitek muda.
Joglo nataraman tumpangsari dikenal sebagai bentuk rumah adat jawa yang memiliki struktur paling kompleks dan filosofis.
Bagian atapnya terdiri dari beberapa susunan tumpang atau lapisan, yang mencerminkan tatanan kosmos dalam falsafah jawa.
Semakin tinggi tumpangsari, semakin menunjukkan kedekatan penghuni rumah dengan nilai spiritual dan sosial yang luhur.
“Joglo tumpangsari bukan sekadar rumah. Ia adalah simbol stratifikasi sosial, kedalaman spiritualitas, dan tata hidup harmonis masyarakat Jawa,” tutur Agus Kliwir kepada Tv10newsgroup.com, Minggu (29/6/25).
Secara arsitektural, joglo mataraman tumpangsari ditopang oleh empat tiang utama atau saka guru, yang mewakili kekuatan utama dalam kehidupan
Seperti bumi, air, udara dan api. Struktur bangunan ini tidak menggunakan paku, melainkan sistem sambungan kayu yang presisi, menunjukkan kearifan lokal dalam konstruksi ramah lingkungan dan tahan gempa.
Terlihat megah, joglo tumpangsari juga kental dengan nilai estetika. Ukiran-ukiran halus di setiap sudut bangunan menggambarkan cerita wayang, ajaran moral, hingga simbol-simbol religius.
Tak heran, banyak bangunan modern kini mengadopsi unsur-unsur joglo demi menghadirkan suasana tradisional yang penuh keanggunan.
Dalam konteks sosial, rumah Joglo dulunya hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan atau priyayi.
Namun kini, banyak warga biasa yang membangun rumah dengan gaya joglo sebagai bentuk kebanggaan terhadap akar budaya mereka.
Pemerintah daerah dan komunitas pelestari budaya pun aktif menggelar festival dan pameran rumah adat, termasuk Joglo Tumpangsari, sebagai bagian dari upaya menjaga warisan leluhur.
“Kita ingin generasi muda mengenal dan mencintai rumah adat seperti Joglo ini, agar tidak punah tergilas zaman,” lanjutnya.
Joglo mataraman tumpangsari bukan hanya artefak masa lalu, melainkan warisan hidup yang terus berkembang.
Ia menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat Jawa, dari upacara adat hingga destinasi wisata budaya.
Dengan segala keistimewaannya, Joglo ini tidak hanya layak untuk dilestarikan, tapi juga dijadikan inspirasi dalam membangun peradaban
Agar berakar kuat pada nilai budaya, kearifan lokal, dan keselarasan dengan alam”, pungkasnya.(red)