Surabaya, TV10Newsgroup.com – Berinisial NF (15) di Jakarta Pusat yang tega membunuh APA (5) tetangganya secara sadis dengan cara membenamkan korban ke dalam bak mandi.
Dengan demikian, dia lalu menghilangkan jejaknya menaruh korban ke dalam lemari, dan barulah keesokan harinya pelaku melaporkan sendiri perbuatannya kepada Polsek Taman Sari di Mangga Besar, Jakarta Pusat.
Hal ini dapat dipastikan bahwa tindakan pidana yang dilakukan berinisial NF terhadap korban APA adalah dampak dari ketergantugan pelaku terhadap Gaway.
Seperti media sosial dan Game Online yang mengandung kekerasan, maka demikian juga disampaikan Arist Merdeka Sirait selaku Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia kepada awak media di Gersik, Surabaya Minggu (08/03/20).
Lebih jauh, Arist Merdeka Sirait menjelaskan bahwa cara-cara dan tindakan sadis yang dilakukan pelaku terhadap korban adalah pertanda atau bukti yang telah menunjukkan bahwa tindakan pelaku merupakan dampak dari gangguan kesehatan mental maupun kejiwaan.
Dengan terganggunya kesehatan mental dan jiwa anak akibat ketergantung pada Gaway, tayangan di media sosial.
Sekaligus tentang film-film dan game online yang mengandung kekerasan serta dapat diduga pelaku mempunyai sifat dan perilaku sadis bahkan bisa menjadi psikopat.
Maka kondisi inilah yang mendorong pelaku melakukan tindakan sadis dan secara psikologis pelaku merasa terpuaskan serta tidak merasa bersalah maupun takut atau menyesal.
Selain Pemicu lain, anak dapat mempunyai perilaku sadis seperti yang dilakukan berinisial NF terhadap APA.
Yang ditimbulkan karena pelaku berada pada lingkungan sosial rumah yang tidak nyaman maupun terbebas dari situasi kekerasan.
Bisa juga karena anak berada dalam situasi keluarga “broken home” dan selalu melihat dan merasakan tindakan kekerasan.
Untuk tontonan maupun tayangan-tayangan kekerasan yang sering dikonsumsi pelaku juga bisa menjadi pemicu atau triger bagi anak agar melakukan tindak pidana diluar kebiasaan dan tumbuh kembang anak sebagai remaja.
Berarti tumbuhnya perilaku sadis dan tidak berprikemanusiaan itu juga harus dilihat secara baik bahwa ada kontribusi orang terdekat dan lingkungan sosial anak yang mempengaruhinya.
Pada umumnya ciri-ciri dari anak terganggu mental dan jiwa anak akibat ketergantungan Gadget, dan tayangan-tanyangan yang kontennya mengandung kekerasan
Agar dapat dilihat yang sebelumnya mempunyai sifat periang gembira berubah menjadi pendiam, menyendiri, keluar dari lingkungan dan pergaulan sosial anak, gelisah.
Serta cemas, menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya, suka menyendiri dan asyik dengan dirinya sendiri.
Dari ciri-ciri tersebut, dampak lain yang dapat dilihat anak bisa menjadi “psikopat” dimulai dengan munculnya kebiasaan menyakiti.
Bahkan bisa membunuh binatang-binatang kecil yang ada disekitarnya seperti cicak, kecoak lalu meningkat menyakiti dan membunuh binatang seperti burung, kucing, ayam.
Serta bahkan binatang peliharaan lainnya untuk menyakiti seperti melakukan percobaan bunuh diri.
Oleh karena itu, dapat dilihat setiap kali pelaku melakukan tindakan yang diinginkannya.
Pasti pelaku selalu mencatat korbannya bahkan menggambarkan rencana dari tindakannya.
Dapat tergambar, karikatur bahkan lukisan media lainnya.”jadi apa yang dilakukan berinisial NF terhadap APA sudah dapat dikategorikan mengarah pada ciri-ciri tersebut”, ungkap Arist.
Sesungguhnya peristiwa serupa pernah terjadi 5 tahun yang lalu di Lombok, Nusatenggara Barat (NTB), dimana ada seorang anak berusia 11 tahun menggorok leher teman sebayanya dengan sajam tumpul.
Perbuatannya muncul terinspirasi dari kebiasaan anak setiap hari menonton film
Kriminal yang ditayangkan FOX Crime dari salah satu TV Jaringan berlangganan.
Pada saat pelaku ditemui Tim Komnas Perlindungan Anak pada masa itu di rumah rehabilitasi dan pemulihan di Lombok.
Mataram si anak yang besar di lingkungan keluarga terdidik tidak menunjukkan prilaku sadisme, sepertinya anak-anak baik yang tidak mungkin melakukan sadis itu.
Sebab dengan peristiwa ini, tentu Komnas Perlindungan anak yang diberikan tugas membela dan melindungi anak di Indonesia.
Segera berkoordinasi dengan Polres Jakarta Barat guna melakukan asesmen terhadap pelaku guna mendapat layanan dari psikolog klinis.
Disinilah Komnas Perlindungan Anak dalam kesempatan ini juga menyampaikan turut berduka sedalam-dalamnya terhadap keluarga korban.
Disamping itu, Komnas Perlindungan Anak mengajak semua masyarakat untuk menggunakan momentum ini agar dijadikan ajang refleksi keluarga Indonesia.
Supaya perhatian kita kepada perkembangan psikologis anak khusus anak remaja milenial.
Ditambahkan lagi dari Arist Merdeka Sirait mengajak semua komponen bangsa, orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara.
Agar bahu membahu mengkampanyekan stop penggunaan Gaway, game online media sosial yang mengandung kekerasan,kebencian seperti film Chucky maupun Slender man serta tayangan-tayangan lainnya”, cetus Arist Merdeka Sirait.(@gus).