JAKARTA I Di tengah gempuran tren pengembangan diri dan pencarian jati diri, muncul satu pembahasan menarik yang ramai diperbincangkan: benarkah “sakti”, “pintar”, dan “cerdas” adalah tiga hal yang berbeda?
Ternyata, ketiganya memang punya makna dan dimensi kepribadian yang sangat berbeda, loh! Menurut CEO PT. MNS Grub Pers dan PT Sulthan Media Group Cyber ( SMGC), Agus Kliwir.
Dari ketiga kata ini sering disamakan, padahal sebenarnya mencerminkan kepribadian yang sangat khas dan unik pada tiap individu. Yuk, kita bedah satu per satu.
Sakti, dalam konteks kepribadian, merujuk pada seseorang yang punya daya spiritual, kharisma, atau aura kuat yang memengaruhi orang lain.
Mereka biasanya tidak bicara banyak, tapi tindakannya bisa membangkitkan rasa hormat. Banyak tokoh legendaris, termasuk pemimpin adat dan tokoh spiritual, masuk dalam kategori ini.
Sementara itu, pintar lebih mengarah pada kemampuan seseorang dalam menyerap informasi, belajar cepat, dan mampu menguasai teori.
Anak-anak yang juara kelas atau unggul di bidang akademik biasanya disebut pintar. Namun, pintar belum tentu cerdas, apalagi sakti.
Nah, cerdas lebih luas lagi. Ia mencakup kemampuan menganalisis situasi, bersikap adaptif, dan mampu membuat keputusan tepat dalam situasi sulit.
Orang cerdas tidak hanya tahu, tapi juga tahu bagaimana menggunakan pengetahuannya secara efektif.
“Banyak orang salah kaprah. Mereka pikir pintar dan cerdas itu sama, padahal beda. Cerdas lebih dinamis dan kontekstual.
Seseorang bisa saja tidak menonjol di kelas, tapi dalam kehidupan nyata sangat cerdas karena mampu membaca peluang,” ujar Agus Kliwir kepada tv10newsgroup.com, Selasa (27/5/25).
Hal ini menegaskan bahwa kepribadian seseorang tidak bisa dinilai dari satu sisi saja. Ada orang yang cenderung sakti dalam pengaruh sosial, pintar secara akademis, atau cerdas dalam strategi hidup.
Tak jarang, satu orang bisa memiliki kombinasi dari ketiga itulah yang membuat mereka istimewa.
Menariknya, dalam survei yang dilakukan terhadap 1.000 responden usia 20–35 tahun, sebanyak 58 persen mengaku lebih menghargai kecerdasan dari pada kepintaran.
Sementara 27 persen memilih “kesaktian” atau kharisma sebagai nilai yang lebih penting dalam pergaulan.
Tren ini juga terlihat di media sosial, di mana banyak tokoh yang viral bukan karena ranking akademik, tapi karena kecerdikan menyampaikan ide atau aura kuat mereka pancarkan.(red)